Monday, March 31, 2008

Cinta Tuhan yang Tidak Kenal Menyerah - Perjuangan Seorang Ibu Anak Autis



Blogging for autism awareness? Join us.


CIBFest 2008 Banner B


Kisah mengharukan Tyas Utami, seorang ibu dari anak autis.
Dari www.terangdunia.com

Ada dua kejadian besar yang menggoncangkan hidup sekaligus menumbuhkan kedekatan saya dengan Tuhan. Goncangan yang bisa meremukkan itu dengan luar biasa bijaksana dipakai Tuhan sehingga membuat saya merasa seperti biji kacang yang sekarang sedang berkecambah, mengeluarkanbeberapa helai daun. Batangnya masih sangat mudah dipatahkan, tetapi sedang bertumbuh. Ada hidup baru di dalam hati saya setelah melewati masa-masa yang sangat sulit.

Yang pertama menemukan bahwa anak saya autistik. Kristov lahir dalam keadaan yang normal dan menyenangkan. Dokter kandungan kami menawarkan kepada suami saya untuk memotong sendiri tali plasenta anaknya. Kami jatuh cinta pada bayi yang masih merah dengan darah itu. Semua keluarga, adik-adik pemuda di gereja, teman-teman, apalagi saya dan suami saya sangat menyukainya.

Menjelang umur satu tahun saya merasa ada yang tidak beres dengan Kristov. Dia jarang sekali melakukan kontak mata. Dia terus bergerak. Kalau papanya pulang dari kantor dia seperti tidak menyadarinya. Dia menepuk-nepuk apa saja. Membentur-benturkan kepala ke tembok dengan wajah senang dan mute, hampir tidak mengeluarkan ocehan.
Setelah beberapa kali konsultasi dengan beberapa dokter di Indonesia, umur 2 tahun kami membawa Kristov ke Australia untuk mendapatkan diagnosa yang pasti dan pertolongan. Classic Autism. Itulah diagnosa yang kami terima.
Saya dan suami saya menangis. Saya mulai membaca banyak-banyak di internet (waktu itu informasi tentang autisme di Indonesia masih sangat terbatas). Makin banyak membaca, makin mengerti dan makin takut serta kuatir. Kami mulai melakukan terapi intensif untuk kristov. Banyak kerja keras yang harus dilakukan. Kristov mengalami gangguan tidur yang sangat berat sehingga rata-rata dia hanya tidur 3-4 jam dalam sehari, juga dia sangat hiperaktif. Banyak mengamuk, sangat suka makan tetapi hanya mau makanan tertentu dan sangat tidak suka makan nasi dan sayur. Kami sangat lelah baik fisik maupun emosi tetapi saya selalu menguatkan diri dengan berkata: Nggak apa-apa Tuhan, saya diberi suami yang sangat baik.
Kami berpacaran hampir 9 tahun sebelum menikah, melalui banyak kesulitan dan suami saya sangat baik dan sayang kepada saya dan kristov.
Berdua, saya yakin kami akan dimampukan untuk membesarkan dan menemani Kristov mengatasi ketidakmampuannya untuk memahami dunia di sekitarnya.

Waktu Kristov berumur 3 tahun, saya hamil anak kami yang ke dua. Saya berdoa kehamilan yang dirancanakan ini akan mendatangkan kesegaran baru bagi keluarga kecil kami. Tanpa saya duga sebelumnya, pukulan kedua dalam hidup saya datang. Suami saya mengaku punya affair dengan wanita lain. Saya tidak percaya. Ini tidak mungkin terjadi. Dia suami yang sangat baik dan penyayang. Waktu itu Bunga baru berumur mendekati 5 bulan. Hati saya sangat hancur dan kesakitan. Pendeta kami datang membantu. Saya berdoa, sakit hati, ingin mengamuk dan menangis setiap hari
berusaha mengatasi rasa sakit dan pahit dihati saya dan dalam semua kelelahan itu berusaha membangun tekad yang kuat untuk membangun kembali apa yang telah rusak.
Di tengah semua kekacauan saya, saya mempunyai satu pikiran yang jelas bahwa jika kasih yang dulu kami punya itu tetap ada maka kami pasti bisa mengatasi semuanya. Tidak ada yang rusak yang tidak bisa dibangun dan ada anak-anak yang harus dibesarkan. Pasti sulit sekali, tapi pasti bisa.

Akhir November suami saya meminta saya dan anak-anak untuk
berangkat ke Amerika demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dari keluarga wanita lain tersebut dan supaya nanti kami bisa membangun keluarga kami kembali di tempat yang baru. Saya bicara dengan pendeta saya. Saya sangat ingin tidak terjadi apa-apa dengan suami yang saya kasihi. Saya bersedia kalau itu yang dia pikir terbaik untuk kami. Kepada teman-teman dekat dan teman-teman di gereja kami memberitahu bahwa kami pindah untuk pengobatan Kristov.
Saya berpikir itu cara terbaik untuk tidak membuat suami saya malu dikemudian hari. Hanya pendeta, keluarga dan teman-teman yang sangat dekat yang tahu alasan kepindahan kami yang sebenarnya.
Saya masih ingat dengan jelas, tanggal 8 desember 2000 saya dikelilingi keluarga suami saya. Papa mertua, mama mertua, koko, cie-cie, popo(nenek) dan ponakan-ponakan. Di ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta koko berdoa untuk penerbangan kami sekeluarga ke Amerika. Suami saya dengan sangat baik menemani kami di sepanjang penerbangan yang panjang itu, sampai kami mendarat di tengah sergapan udara dingin musim winter di Chicago.
Suami saya menemani saya satu minggu di Amerika dan menitipkan saya dan anak-anak pada kakak ipar saya dan gereja di tempat itu. Dia berjanji kepada saya dan kami semua bahwa dalam tiga bulan jika masalahnya dan urusan pekerjaannya sudah selesai dia akan datang. Tiga bulan saya mengurus anak-anak sendirian di negeri yang baru saya kenal. Kakak saya tinggal di sebuah tanah pertanian yang sangat indah di pedalaman Illinois dan gereja dan orang-orangnya sangat baik. Merekalah yang terus memberi semangat kepada saya tiap kali saya merasa tidak mampu bertahan dan cemas. Hampir tiap dua hari sekali suami saya menelepon dari Indonesia menanyakan keadaan saya dan anak-anak.

Akhir Februari, tiba-tiba pendeta saya menelepon meminta saya dan anak-anak pulang karena ada undangan pernikahan suami saya. Kami tidak bercerai jadi masih ada harapan untuk bisa membatalkan rencana pernikahan itu. Saya sangat terkejut dan sangat tidak percaya. Tetapi itu terjadi. Dalam penerbangan dari Los Angeles ke Taiwan saya berkata dalam hati I'am finished with God Saya tidak mau lagi berurusan dengan Tuhan.
Selama ini saya berdoa dan berdoa dan berdoa tetapi Tuhan tidak mendengar. Saya merasa sangat bodoh, putus asa, tidak berharga dan saya melemparkan semua kesalahan pada Tuhan saya. Saya sungguh naif. Pendeknya, setelah sampai di Jakarta kami menemukan bahwa suami saya telah membuat surat cerai untuk saya. Dia menikah lagi awal Maret.
Beberapa orang di gereja saya menawarkan pengacara kalau saya ingin menuntut. Saya sedang sangat terpukul dan merasa sangat lelah dan tidak bisa berpikir. Saya tidak ingin menuntut. Kalau menurut suami saya, saya tidak cukup baik sebagai isteri ya sudah. Menuntut hanya akan membuat kesedihan saya semakin panjang, lalu siapa yang akan mengurus anak-anak, dan apa yang akan dihasilkan?
Selain kepahitan dan pertengkaran?

Waktu ditinggal papanya, Kristov berumur hampir 5 tahun. Belum bisa bicara, sangat hiperaktif, tidak bisa tidur, kulitnya rusak karena dia sangat alergi terhadap banyak hal. Bunga berumur hampir 10 bulan. Selama satu tahun berikutnya saya menjalani hidup yang sangat berat.
Rasanya tidak sadar bahwa saya ini hidup. Hanya anak-anak yang menjadi alasan saya untuk hidup. Jika malam berlalu dan kristov sempat tidur, saya sering duduk dilantai bersandar ke tembok dan bicara sendiri,pasti besok saya mati; kalau tidak mati pasti gila.

Tapi cinta Tuhan itu sabar, diwaktu saya menyatakan bahwa saya tidak mau lagi berurusan dengan Tuhan, malahan Tuhan mengurus saya dengan sangat baik.
Dia mengirimkan banyak sekali teman bermunculan. Bahkan
orang-orang yang tidak saya kenal dengan baik, mendoakan atau mengirimkan doanya. Mengirimkan buku-buku, meminjamkan kaset-kaset kotbah, mengirimkan sms, email-email. Semuanya menopang langkah saya yang sudah hampir tidak kuat menapak selangkah saja lagi.

Tapi cinta Tuhan itu Kuat. Diwaktu saya berusaha menghindari kasihNya, hati saya dibuat tidak mau diam, dan sangat aneh setiap malam dan pagi sambil menangis saya membuka website heartlight.org dan odb.org untuk mencari renungan-renungan, lagu-lagu, meloading paperquote, membaca diskusi orang-orang dari berbagai negara tentang Tuhan. Aneh, tidak mau berurusan dengan Tuhan tetapi terus mencari tentang Tuhan. Saya sungguh merasa itu pelayanan Roh Kudus untuk saya.
Tapi cinta Tuhan itu Tangguh dan Tidak Menyerah. Tuhan tidak menyerah menghadapi kekerasan hati saya. Tuhan juga tidak menyerah menghadapi emosi saya yang jatuh-bangun. Bahkan Tuhan tidak menyerah waktu saya berada dipuncak putus-asa, tersiksa oleh rasa sakit, kelelahan, rasa tidak berharga dan cemburu yang sangat besar sehingga saya ingin mati saja.

Saya kehilangan suami, kehilangan rumah, kehilangan keluarga suami saya yang selama ini telah menjadi seperti orang tua dan kakak serta adik saya sendiri. Saya merasa sangat disakiti. Sangat ditinggalkan. Saya juga sangat bingung menghadapi kecurigaan tetangga. Pertanyaan teman-teman yang baru tahu. Membesarkan seorang anak autistik-hyperactive-non verbal seorang diri dan seorang bayi belum satu tahun, sangat melelahkan saya. Saya ingin melepaskan diri dari semua kesakitan yang saya rasakan.

Tapi Cinta Tuhan itu Tangguh dan Tidak Kekurangan Akal. Pada titik di mana saya sudah sangat tidak kuat, di mata dan hati saya melintas Yohanes 10. Gembala yang Baik. Ada bagian ayat yang bicara dengan sangat nyata dan domba itu mengenal suara gembala, dan suara orang asing tidak akan mereka ikuti. Akhiri saja hidupmu. pasti bukan suara
Gembala saya. Gembala saya itu ajaib dalam Keputusan dan agung dalam kebijaksanaan-Nya. DIA ahli membalikkan segala sesuatu. Buluh yang patah-terkulai tidak akan dipatahkannya dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya.

Dari titik ini, saya menetapkan hati akan memilih untuk mengikuti suara Tuhan bukan suara orang asing dan untuk hidup membuktikan bahwa kasih Tuhan itu cukup untuk menopang hidup saya dan anak-anak. Sampai sekarang saya belum punya rumah untuk diwariskan pada anak saya nanti tapi saya membangun tekad yang semakin besar untuk mewariskan kepada anak-anak saya kebenaran bahwa Tuhan itu Baik. CintaNya besar, tangguh dan kuat dan tidak mudah menyerah.

Saya juga kembali mengingat square watermelon, salah satu artikel yang menuliskan keinginan orang di Jepang untuk membuat semangka berbentuk kotak. Itu bisa dilakukan dengan memasukkan melon ke kotak kaca yang kuat yang berbentuk persegi. Dari kecil nenek saya di kampung sangat suka menceritakan nabi-nabi dan Tuhan Yesus. Dari kecil sampai kuliah saya hidup di persekutuan dan gereja.
Besar, saya pernah bergabung dengan LAI, membantu menerjemahkan Handbook untuk Penerjemahan Alkitab. Tetapi kesedihan dan pukulan-pukulan hidup ini bisa membuat saya menyatakan tidak mau berurusan dengan Tuhan.

Suami saya. Sejak Remaja aktif di persekutuan Remaja. Menjadi Ketua Pemuda. Koordinator Persekutuan Kampus. Majelis Gereja. Tetapi saat ini saya tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Dia menikah lagi dan menganut agama istrinya. Saya sungguh berdoa agar lembaga seperti Gereja dan Persekutuan menyadari dan sungguh mendoakan para aktivitisnya untuk hidup bergaul dengan Tuhan secara pribadi. Dunia ini bisa menarik kita sangat kuat jika kita tidak terus menengok tangan yang pernah dipaku demi kita. Membentuk kita, seperti kotak kaca itu membentuk semangka seperti yang diinginkan orang di Jepang.

Sekarang hampir tiga tahun, pengalaman pedih dan pahit itu
terjadi. Jika saya merenung dan melihat ke belakang, kadang air mata saya masih mengalir. Tetapi hati saya yang masih retak-retak menaikkan ucapan syukur,untuk:

1. Mengalami dan merasakan cinta Tuhan yang besar, kuat dan tidak mudah menyerah, cinta yang mengatasi semua pemberontakan saya dan perlawanan saya.

2. Teman-teman yang mengasihi saya dengan sabar, mendengarkan waktu saya marah-marah, memeluk waktu saya ketakutan, mengirimkan email waktu saya tidak mau bicara, mengirimkan sms waktu saya merasa tidak bisa bergerak maju. Mendoakan. Dikasihi orang pada waktu kita baik dan manis itu hal biasa. Tetapi waktu kita sangat tidak seimbang, menjengkelkan dan sulit dipahami lalu ada orang-orang yang mengasihimu itu sungguh mengharukan dan sungguh berharga.
Teman-teman seperti itu saya hitung sebagai anugerah yang hanya bisa datang dari Tuhan saja. Bapa yang tahu memberi yang baik kepada anak-Nya.

3. Saya belajar bahwa seringkali Dia dekat tapi kita tidak
melihat tangan-Nya. Saya juga belajar tentang pelayanan Roh Kudus. Roh Kudus menghibur waktu hati kita sangat menderita dan tidak ada ucapan dan penghiburan teman yang, mempan atau mampu masuk ke dalam hatimu.

Roh Kudus menolong kita mengampuni, melepaskan kita dari kepahitan, memberkati dan mendoakan orang yang melukai kita.
Roh Kudus memahamimu waktu semua orang rasanya tidak bisa paham dirimu.

Roh Kudus bahkan menemanimu pada waktu semua teman sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing yang juga sangat banyak.

Saya belajar bahwa jika saya sangat takut dan cemas akan sesuatu, Roh Kudus menguatkan saya dengan suara yang lembut dan sabar menunggu saya tenang dari ketakutan. Dia bilang jangan takut.
Ada beberapa ketakutan yang sampai sekarang belum berani saya masuki dan coba mengatasinya. Tetapi saya tahu Tuhan menunggu saya menyerahkan diri untuk berani melewatinya bersama Tuhan.

4. Saya bersyukur untuk kelompok LKKK. Bagi saya kelompok ini mewadahi orang-orang yang sedang rusak. Orang-orang yang tersisih. Orang-orang pinggiran. Menerima orang pada waktu mereka masih jelek. Mengasihi mereka pada waktu mereka berantakan. Orang-orang dengan masalah yang tidak kunjung selesai.
Hati saya sungguh berdoa kelompok ini terus dibangun di atas dasar kasih dan pengenalan akan Tuhan.
Hanya kasih Tuhan yang tidak tergoyahkan yang bisa memulihkan kehancuran hati dan hidup kita. Di dalam kelompok kita ini banyak orang yang hancur hati, dan tidak tahu hidupnya akan dibawa ke mana.

Semoga tulisan ini memberi semangat kepada teman-teman untuk menemukan Tuhan secara pribadi. Percayalah, cinta-Nya sungguh kuat dan tidak akan menyerah menghadapi semua pemberontakan, kekurangan dan keterbatasan serta kelemahan kita. Mari arahkan hati kita kepadaNya. Jangan tunggu lama-lama. Tuhan sungguh baik.

Akhirnya, saya merasa seperti benih kacang yang baru tumbuh. Doakan agar kacang itu daunnya semakin banyak. Tolong doakan agar batangnya tidak lagi mudah patah melainkan semakin kuat Dan doakan suatu hari akan berbuah lebat

Salam Kasih dan Doa
Tyas utami